Selasa, 21 Februari 2012


Mengefektifkan Pembelajaran Membaca Interpretatif Melalui Pendekatan Cooperative Learning di Sekolah Dasar
Yasnur Asri
Abstract: This study focus on the effectiveness of using cooperative learning approach in interpretative reading in elementary school. The results of the study reveal that interpretative reading by using coopperative learning approach in elementary school is more effective. This study recomends that he teachers use coopretative learning approach in teaching interpretative reading in higher grades of elementary schools.
Key works : effective, teaching, reading interpretative, coopretative learning approach,


PENDAHULUAN
Ada beberapa dasar pemikiran yang men­jadi alasan untuk melihat efektivitas pendekatan cooperative learning dalam pembelajaran membaca interpreatif di sekolah dasar (SD). Pertama, membaca merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dimiliki peserta didik termasuk peserta didik di sekolah dasar (SD). Betapa tidak, karena peserta didik yang sedang belajar di SD harus dapat menggali dan mengembangkan ilmu yang dituntutnya dengan jalan membaca. Setiap peserta didik harus selalu membaca buku-buku, jurnal atau sumber-sumber yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran yang sedang diikuti atau dipelajarinya. Bush dan Huebner malah menyatakan bahwa kira-kira 90% kegiatan peserta didik di sekolah melibatkan kegiatan membaca. Di samping itu, kemampuan membaca juga sangat banyak manfaatnya dalam segala aspek kehidupan lainnya di lingkungan masyarakat, seperti organisasi sosial, administrasi pemerintahan, keagamaan, kemasyarakatan, kesenian, perdagangan, dan lain­lain. Di SD, pembelajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar, yaitu menuntut peserta didik "menyuarakan" kalimat-kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan, sedangkan pembelajaran membaca lanjut diberikan setelah peserta didik memiliki kemampuan dasar membaca yang diperoleh di kelas 1, 2, dan 3 dengan tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami, dan menginterpretasi wacana yang dibaca.
Kedua, pembelajaran membaca interpretatif di SD terutama di kelas tinggi (kelas IV, V, VI) sudah merupakan tuntutan karena pada kelas tinggi ini peserta didik telah dituntut melakukan kegiatan­kegiatan, seperti menginterpretasi, menganalisis, dan menyimpulkan bacaan. Oleh karena itu, aktivitas peserta didik sudah diarahkan untuk menginterpretasi isi bacaan dengan cara mencari hubungan sebab-akibat yang dinyatakan secara tidak langsung dari teks, mengemukakan alasan dan tujuan pengarang, serta menyimpulkan isi bacaan berdasarkan skemata yang dimiliki pembaca. Dalam menginterpretasi teks bacaan, pembaca (peserta didik) melibatkan pengetahuan yang dimiliki dengan informasi yang ada dalam bacaan agar bacaan dapat dipahami. Pembaca men gaitkan skemata yang dimiliki dengan teks bacaan. Dengan demikian , skemata dapat dikatakan berupa struktur pengetahuan yang telah dimiliki pembaca dan digunakan oleh pembaca ketika memahami bacaan. Konsep-konsep yang dipelajari pembaca (peserta didik) melalui kegiatan membaca interpretatif lebih bermakna apabila peserta didik mendapatkan masukan dan balikan dari orang lain seperti guru dan teman sekelas daripada dipelajari sendiri oleh peserta didik. Untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang demikian, diasumsi pendekatan cooperative learning lebih efektif digunakan karena memberi kesempatan kepada peserta didik berinteraksi den-an peserta didik lainnya untuk memahami kebermaknaan isi pelajaran dan bekerjasama secara aktif dalam menyelesaikan tugas (Stone, 1990). Di samping itu, dengan pendekatan cooperative learning peserta didik
dalam pembelajaran akan leluasa berinteraksi dengan teman sebaya dalam menginterpretasi, menganalisis, dan menyimpulkan bacaan dalam kelompok kecil.
Ketiga, jika kita teliti lebih lanjut, realitas pembelajaran membaca pemahaman di SD (terutama di SD Negeri Percobaan Padang yang dijadikan objek kajian ini) saat ini umumnya menggunakan sistem klasikal yang menempatkan kecepatan memahami isi bacaan berdasarkan kecepatan rata-rata peserta didik. Ada peserta didik yang merasa bahwa pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan oleh guru terlalu cepat, yakni bagi peserta didik yang lambat memahami isi bacaan, sementara ada pula peserta didik yang merasa pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan guru terlalu lambat, yakni bagi peserta didik yang cepat memhami isi bacaan. Peserta didik yang lambat memahami isi bacaan merasa bingung begitu juga peserta didik yang cepat merasa bosan dengan sistem belajar yang mengabaikan keberbedaan setiap peserta didik. Kedua kelompok peserta didik tersebut, yakni peserta didik yang cepat dan lambat dalam memahami isi bacaan perlu mendapat perhatian. Peserta didik yang cepat memahami isi bacaan memerlukan kegiatan yang lebili mengltargai kecepatan membaca, sedangkan peserta didik yang lambat memerlukan teman sebaya yang lebih pintar untuk membantu memahami isi bacaan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, pembelajaran membaca pemahaman di SD Negeri Percobaan Padang perlu dibenahi.
Pemahaman isi bacaan yang berfokus pada penemuan pikiran pokok setiap paragraf, tujuan dan alasan pengarang, dan penyimpulan isi bacaan terabaikan oleh guru di SD (terutama di SD Negeri Percobaan Padang yang menjadi objek kajian ini). Penemuan pikiran pokok setiap paragraf, tujuan dan alasan pengarang,dan penyimpulan isi bacaan bagian dari pemahaman membaca interpretatif. Pemahaman isi bacaan terfokus pada pertanyaan yang tersedia di buku bacaan yang lebili menekankan pada jawaban yang mengeksplorasi pemahaman literal, sedangkan pemahaman interpretative diabaikan.
Berdasarkan ketiga dasar pemkiran di atas, pembelajaran membaca pemahaman di SD Negeri Percobaan Padang yang dikemukakan di atas perlu diadakan pembenahan atau penyelesaian masalah. Penulis dan praktisi bersepakat untuk membenahi atau menyelesaikan pembelajaran membaca pemahaman di SD Negeri Percobaan Padang dengan mengimplementasikan pendekatan cooperative learning agar pembelajaran membaca interpretatif lebih efektif. Penelitian ini berfokus pada bagaimana mengefektifkan pembelajaran membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative learning di SD Negeri Percobaan Padang?

METODE
Metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas kolaboratif (Suyanto. 1996/1997). Penelitian ini melibatkan guru kelas V dan kepala sekolah SD Negeri Percobaan Padang sebagai praktisi dalam perencanaan maupun pelaksanaan tindakan. Maksudnya hubungan antara peneliti dan praktisi bersifat kemitraan. Peneliti dan praktisi berkolaborasi mendiskusikan rencana dan pelaksanaan tindakan pembelajaran membaca interpretatif, serta merefleksi tindakan yang dilakukan. Tujuan utama dari penelitian ini untuk melihat efektivitas pembelajaran membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative learning di SD Neaeri Percobaan Padang. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang ditetapkan berdasarkan fokus penelitian, yaitu bagaimana mengefektifan pembelajaran membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative learning di SD Negeri Percobaan Padang. Setiap siklus terdiri atas beberapa kali pertemuan. Permasalahan yang belum dapat dipecahkan pada siklus pertama direfleksikan oleh peneliti bersama dengan praktisi untuk meninjau kembali tindakan yang telah dilakukan. Peneliti dan praktisi mendiskusikan kelebihan dan kekurangan tindakan yang dilakukan. Selanjutnya peneliti dan praktisi merencanakan berbagai langkah perbaikan untuk diterapkan pada siklus kedua. Pada siklus kedua dan ketiga peneliti melakukan hal yang sama dengan siklus pertama hingga masalah yang dihadapi dapat dipecahkan secara tuntas.
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, hasil wawancara, dan kumpulan catatan setiap siklus, serta hasil kerja kelompok atas tugas membaca yang diberikan praktisi. Sumber data penelitian ini adalah peristiwa pembelajaran membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative learning yang berlangsung di kelas V SD Negeri Percoban. Dari peristiwa pembelajaran tersebut dikumpulkan data proses dan hasil tindakan pembelajaran membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative learning yang berlangsung selama tiga siklus tindakan.
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri Percobaan Padang tahun ajaran
2005/2006 berjumlah 40 orang peserta didik, yang terdiri atas 17 laki-laki dan 23 perempuan. Peserta didik kelas V SD tindakan dibagi dalam 8 kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 5 peserta didik, laki-laki, dan perempuan yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda dan latar belakang sosial ekonomi orang tua peserta didik yang beragam.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis data mengalir yang ditawarkan oleh Miles dan Huberman (1992) yang diawali dari produksi data, penyajian data, verifikasi, dan penyimpulan data. Analisis data dilakukan sejak penelitian tindakan dilakukan melalui refleksi tindakan pembelajaran pada setiap siklus, yakni siklus satu, dua, dan tiga. Untuk menguji kebabsahan data dilakukan ketekunan observasi, triangulasi, dan diskusi dengan sejawat.
HASIL
Dari hasil tindakan yang dilakukan, yakni pembelajaran membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative learning di SD Negeri Percobaan Padang diperoleh informasi sebagai berikut. Seperti dijelaskan terdahulu bahwa penelitian dilakukan melalui 3 siklus dengan fokus bagaimana mengefektifkan pembelajaran membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative leaning di SD Negeri Percobaan Padang. Pada setiap siklus penelitan bersubfokus pada bagaimana (1) menentukan pikiran pokok dan penjelas wacana yang dibaca; (2) mengemukakan tujuan dan alasan pengarang; (3) menyimpulkan isi bacaan. Pembelajaran dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap prabaca, saat baca, dan pasca baca.
Pada siklus pertama, praktisi melakukan tindakan selama 2 kali pertemuan ( 2 x 80 menit ) dengan tema hiburan dan subtema mengikuti lomba paduan suara. Pembelajaran pada prabaca dilakukan kegiatan (1) mengelompokkan peserta didik menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5 peserta didik; dan (2) menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu menentukan pikiran pokok dan penjelas wacana yang dibaca, mengemukakan alasan dan tujuan pengarang, dan menyimpulkan isi bacaan. Pada saat baca dilakukan kegiatan (1) membaca dalam hati; (2) mengerjakan tugas-tugas membaca dalam kelompok; dan (3) melaporkan hasil bacaan di depan kelas. Pada pascabaca dilakukan kegiatan: (1) merevisi hasil pekerjaan kelompok; dan (2) menanggapi pembelajaran yang telah dilakukan.
Hasil penelitian siklus pertama menunjukkan bahwa pembelajaran lebih terpusat pada pembentukan kelompok dan penjelasan tugas-tugas membaca. Para peserta didik belum terbiasa mendapat tugas membaca, yaitu menentukan pikiran pokok dan penjelas wacana yang dibaca, mengemukakan tujuan dan alasan pengarang, dan menyimpulkan isi bacaan. Tugas menyimpulkan isi bacaan tidak bisa dilaksanakan, karena para peserta didik belum memahami tugas yang diberikan kepada mereka. Penyelesaian tugas membaca tidak mencerminkan cooperative leaning, para peserta didik bekerja secara individual. Pelaporan hasil pekerjaan kelompok hanya ditanggapi oleh beberapa peserta didik saja, sebagian besar peserta didik bersikap pasif. Kekurangberhasilan pembelajaran pada siklus pertama ini diperbaiki sebagai masukan pada perencanaan dan pelaksanaan pada pembelajaran siklus kedua.
Pada siklus kedua, praktisi melakukan tindakan selama 3 kali pertemuan (3 x 80 menit) dengan tema hiburan dan subtema mengikuti lomba paduan suara. Pembelajaran pada prabaca, saat baca, dan pasca baca dilakukan sama seperti pada siklus pertama. Pada siklus ini lebih banyak menekankan pada pemahaman tugas membaca, yaitu menentukan pikiran pokok dan penjelas wacana yang dibaca, mengemukakan tujuan dan alasan pengarang, dan menyimpulkan isi bacaan dengan pemanfaatan cooperative learning.
Hasil penelitian siklus kedua menunjukkan bahwa para peserta didik memahami bacaan dengan memanfaatkan teman sekelompok. Diskusi kelompok berjalan cukup baik. Ketua kelompok berupaya memotivasi anggotanya untuk mengemukakan pendapat masing masing. Bagi peserta didik yang kurang memahami tugas, ketua meminta teman yang lebih pintar untuk membantu temannya yang kurang memahami tugas yang diberikan praktisi. Sharing hasil berjalan cukup baik. Setiap kelompok melaporkan tugas kelompok dan ditanggapi oleh kelompok lainnya. Tugas kelompok yang kurang tepat dibantu dan dilengkapi oleh kelompok lainnya.
Kekurangberhasilan pada siklus kedua terletak pada pemahaman tugas mengemukakan tujuan dan alasan pengarang yang terdapat dalam sebuah paragraf Antara tujuan dan alasan yang dikemukakan oleh kelompok Baling tumpang tindih. Praktisi berupaya membantu membedakan antara tujuan dan alasan dengan memberi kata kunci agar atau supaya untuk mengemukakan tujuan dan kata karena untuk
mengemukakan alasan. Kekurangberhasilan pada siklus kedua ini menjadi pertimbangan untuk membuat rencana dan pelaksanaan pada siklus ketiga.
Pada siklus ketiga, praktisi melakukan tindakan selama 3 kali pertemuan (3 X 80 menit) dengan tema keamanan dan keselamatan dengan subtema ronda malam. Pembelajaran dan tugas membaca sama seperti pada siklus pertama dan kedua. Pembelajaran dilaksanakan melalui prabaca, saat baca, dan pasca baca. Tugas yang diberikan adalah menentukan pikiran pokok dan penjelas wacana yang dibaca, mengemukakan tujuan dan alasan pengarang, dan menyimpulkan isi bacaan dengan pemanfaatan cooperative learning.
Hasil penelitian siklus ketiga menunjukkan bahwa praktisi membangkitkan skemata peserta didik dengan merekonstruksi pengalaman peserta didik, menyampaikan tujuan pembelajaran dan tugas membaca pada tahap prabaca. Peserta didik memahami bacaan dengan memanfaatkan teman sekelompok, sharing hasil bacaan dalam kelompok dan antarkelompok yang dilakukan pada saat baca. Pada pasca baca, para peserta didik merevisi dan merespon pembelajaran yang telah dilakukan. Para peserta didik merasa senang melakukan kegiatan membaca dengan cooperative learning karena mereka dapat bertukar pikiran dengan teman sekelompok dan dapat melatih kekompakkan anggota kelompok.
PEMBAHASAN
Fokus penelitian ini adalah bagaimana mengefektifan pembelajaran membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative leaning di SD Negeri Percobaan Padang. Untuk mengefektifkan pembelajaran membaca interpretatif, praktisi membangkitkan skemata peserta didik, mengelompokkan peserta didik menjadi 8 kelompok, memanfaatkan teman sekelompok dalam memahami isi bacaan, melakukan sharing hasil bacaan, merevisi tugas, dan merespon pembelajaran yang telah dilakukan.
Pembangkitkan skemata peserta didik dilakukan praktisi dengan cara mengaitkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki peserta didik dengan terra pembelajaran, seperti tema keamanan dan keselamatan dan tema hiburan. Praktisi menyampaikan tujuan pembelajaran dan penjelasan tugas-tugas membaca dimaksudkan agar para peserta didik memusatkan perhatian mereka pada apa yang harus dipelajari dan dikerjakan selama pembelajaran berlangsung. Penjelasan tujuan pembelajaran yang dilakukan praktisi sesuai dengan pendapat Vygotsky (dalam Berk dan Adam. 1995 yang menyarankan          guru(praktisi) hendaknya memperkaya komunikasi peserta didik dengan cara menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran di kelas dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menjelaskan dan menentukan pendapat mereka. Tugas yang jelas dan spesifik memperjelas peserta didik dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Johnson dan Johnson (1984) yang menyatakan bahwa tugas yang jelas dan spesifik sangat penting bagi peserta didik dan menhindari frustrasi peserta didik dalam belajar.
Pengelompokan peserta didik kelas V SD terteliti terdiri atas 8 kelompok. Setiap kelompok berjumlah 5 peserta didik terdiri atas peserta didik laki-laki dan perempuan dan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda, seperti PNS, TNI/POLRl. pedagang, petani dan nelayan. Pengelompokan peserta didik seperti itu sesuai dengan pendapat Slavin (dalam Ajisuksomo, 1996) yang menyatakan bahwa cooperative learning didefinisikan sebagai strategi pengajaran yang terstruktur dan dinamis dimana guru membagi peserta didiknya ke dalam kelompok yang terdiri dari 5 peserta didik, terdiri atas tingkat prestasi, jenis kelamin, dan etnik berbeda.
Pemanfaatan tutor teman sebaya dalam pembelajaran membaca interpretatif diperlukan agar peserta didik yang lebih pintar dapat membantu teman lainnya dalam memahami bacaan yang diberikan praktisi. Tidak semua anggota kelompok dapat memahami tugas yang diberikan praktisi melalui tugas membaca yang diberikan praktisi dengan baik. Anggota kelompok yang mengalami kesulitan memahami tugas dan memahami bacaan dapat dibantu oleh teman sekelompok yang lebih memahami bacaan dan mengerti tugas yang diberikan.
Melalui kegiatan berbagi informasi atau sharing hasil, para peserta didik dapat berinteraksi baik dalam kelompok maupun antarkelompok. Setiap kelompok melaporkan hasil pekerjaan mereka di depan kelas dan para peserta didik atau kelompok lainnya memberi masukan atau pertanyaan. Praktisi sebagai fasilitator dan motivator memberi kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik dalam berbagai informasi. Para peserta didik berani mengemukakan pendapat, bersedia mendengarkan pendapat orang lain, dan menerima perbedaan pendapat antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Keterampilan mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, dan menghargai pendapat orang lain perlu dilatih sedini mungkin agar peserta didik terlatih dengan suasana dan perilaku saling menghargai dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik berdasarkan bimbingan praktisi pada pascabaca adalah merevisi lembar kegiatan kelompok dan merespon pembelajaran selama pembelajaran membaca interpretatif berlangsung. Kegiatan merevisi tugas dilakukan oleh kelompok berdasarkan masukan dari guru dan teman sekelas. Hal itu dilakukan oleh setiap kelompok agar mereka memahami bahwa tugas yang belum tepat diperbaiki oleh setiap kelompok secara bersama-sama.
Merespon pembelajaran membaca interpretatif dilakukan oleh praktisi dan peserta didik pada pasca baca. Praktisi mengungkapkan rasa senang dan berterima kasih kepada seluruh anggota kelompok dan kelompok selama pembelajaran berlangsung. Ungkapan rasa senang dan terima kasih yang tulus dari praktisi merepresentasikan bentuk penguatan berupa kata-kata dan kalimat yang diberikan oleh praktisi kepada para peserta didik. Pemberian penguatan dapat memotivasi peserta didik agar lebih giat mengemukakan pendapat dan bekerja sama dalam kelompok. Di samping praktisi merespon pembelajaran, peserta didik juga diberi kesempatan merespon pembelajaran membaca interpretatif dengan cooperative learning yang telah dilaksanakan. Para peserta didik mengungkapkan kepuasan dan rasa senang mereka dalam belajar kelompok. Mereka menyatakan bahwa pembelajaran kelompok memberi kesempatan kepada mereka untuk mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dalam kelompok dan antarkelompok. Hal itu sesuai dengan pendapat Spodek (1994) yang menyatakan bahwa belajar bahasa yang baik memungkinkan terjadinya situasi diskusi dan tukar pendapat selama pembelajaran berlangsung.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan cooperatif learning dalam pembelajaran membaca interpretatif di SD Negeri Percobaan Padang lebih efektif bila dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran lainnya. Untuk mengefektifkan pembelajaran membaca interpretatif, praktisi membangkitkan skemata peserta didik, mengelompokkan peserta didik menjadi 8 kelompok, memanfaatkan teman sekelompok atau rekan sejawat dalam memahami isi bacaan, melakukan sharing hasil bacaan, merevisi tugas, dan merespon pembelajaran yang telah dilakukan.
Efektivitas pembelajaran membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative learning di kelas V SD Negeri Percobaan dilakukan melalui kegiatan prabaca, saat baca, dan pasca baca. Pada prabaca praktisi mengupayakan kesiapan belajar para peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dan mengarahkan para peserta didik melakukan tugas individu dan kelompok selama pembelajaran membaca interpretatif Pada saat baca, para peserta didik dalam bimbingan praktisi bekerja dalam kelompok kecil untuk menemukan pikiran pokok dan penjelas dalam setiap paragraf, menemukan alasan dan tujuan pengarang, dan menyimpulkan isi bacaan. Pada pasca baca, praktisi, dan para peserta didik merespons pembelajaran membaca interpretatif melalui pendekatan cooperative learning dapat telah dilakukan.
SARAN
Kepada para guru SD terutama yang mengajar pada kelas tinggi (kelas IV, V, dan VI) disarankan agar dapat memanfaatkan hasil penelitian tindakan ini untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran membaca pemalhaman termasuk pembelajaran membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative learning di SD. Guru hendaknya memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk bekerja sama secara kooperatif dan memanfaatkan teman sekelompok untuk memahami tugas dan bacaan yang diberikan.
Hasil tindakan dengan memanfaatkan pendekatan cooperative learning ini tidak terbatas pada pembelajaran membaca interpretatif saja melainkan juga dapat dipergunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia maupun pembelajaran lainnya. Pembentukan kelompok tidak terbatas pada jumlah peserta didik yang sedikit saja, tetapi peserta didik yang berjumlah besar pun selayaknya mendapat kesempatan untuk belajar secara kelompok. Guru hendaknya merancang pembelajaran dengan memanfaatkan pendekatan cooperative learning secara profesional.

DAFTAR RUJUKAN
Ajisuksomo,C.R.P.1996. Self-Regulated Learning in Indonesian Higher Education. Jakarta: Atmajaya Research Centre.
Berk, L.E & Winsler,A. 1995. Scaffolding Children's Learning: Vygotsky Early Childhood Education. United States of America: National Assosiation for Education of Young Children.
Burns, P.C. Roe B.D., & Ross, E.P.1996. Teaching Reading in Today's Elementary School. Boston: Houghton Mifflin Company.
Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar: Garis-garis Besar Program Pengajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Johnson D.W. & Johnson, R.T.1984. Circle of Learning:  Cooperative in the Classroom. Minneapolis: The Association for Supervision and Curriculum Development.
Miles, M.B. & Huberman, M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi. Jakarta: Ul Press
Spodek, B.& Saracho, O.N. 1994. Rightfrorn The Start: Teaching Children Ages Three to Eight. Boston: Allyn and Bacon.
Stone, J.M. 1990. Cooperative Learning and Language Arts. California: Resources for Teachers. San Juan Capistrano.
Sutanto. 1996/1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas: Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas: Pengenalan Penelitian Tindakan Bagian Kesatu. Jakarta: Depdikbud



Tulisan ini disadur dari Jurnal Bahasa dan Seni Vol.8, No.1, Tahun 2007




Tidak ada komentar:

Posting Komentar