Mengefektifkan
Pembelajaran Membaca Interpretatif Melalui Pendekatan Cooperative Learning di
Sekolah Dasar
Yasnur Asri
Abstract: This study focus on the
effectiveness of using cooperative learning approach in interpretative
reading in elementary school. The results of the study reveal that
interpretative reading by using coopperative learning approach in
elementary school is more effective. This study recomends that he teachers
use coopretative learning approach in teaching interpretative reading in
higher grades of elementary schools.
Key works :
effective, teaching, reading interpretative, coopretative learning
approach,
|
PENDAHULUAN
Ada beberapa dasar
pemikiran yang menjadi alasan untuk melihat efektivitas pendekatan cooperative learning dalam
pembelajaran membaca interpreatif di sekolah dasar (SD). Pertama, membaca merupakan salah satu kemampuan yang sangat
penting dimiliki peserta didik termasuk peserta didik di sekolah dasar (SD).
Betapa tidak, karena peserta didik yang sedang belajar di SD harus dapat
menggali dan mengembangkan ilmu yang dituntutnya dengan jalan membaca. Setiap
peserta didik harus selalu membaca buku-buku, jurnal atau sumber-sumber yang
ada kaitannya dengan materi pembelajaran yang sedang diikuti atau
dipelajarinya. Bush dan Huebner malah menyatakan bahwa kira-kira 90% kegiatan
peserta didik di sekolah melibatkan kegiatan membaca. Di samping itu, kemampuan
membaca juga sangat banyak manfaatnya dalam segala aspek kehidupan lainnya di
lingkungan masyarakat, seperti organisasi sosial, administrasi pemerintahan,
keagamaan, kemasyarakatan, kesenian, perdagangan, dan lainlain. Di SD,
pembelajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan
dasar, yaitu menuntut peserta didik "menyuarakan" kalimat-kalimat
yang disajikan dalam bentuk tulisan, sedangkan pembelajaran membaca lanjut
diberikan setelah peserta didik memiliki kemampuan dasar membaca yang diperoleh
di kelas 1, 2, dan 3 dengan tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
memahami, dan menginterpretasi
wacana yang dibaca.
Kedua, pembelajaran membaca interpretatif di SD terutama
di kelas tinggi (kelas IV, V, VI) sudah merupakan tuntutan karena pada kelas
tinggi ini peserta didik telah dituntut melakukan kegiatankegiatan, seperti
menginterpretasi, menganalisis, dan menyimpulkan bacaan. Oleh karena itu,
aktivitas peserta didik sudah diarahkan untuk menginterpretasi isi bacaan
dengan cara mencari hubungan sebab-akibat yang dinyatakan secara tidak langsung
dari teks, mengemukakan alasan dan tujuan pengarang, serta menyimpulkan isi bacaan
berdasarkan skemata yang dimiliki pembaca. Dalam menginterpretasi teks bacaan,
pembaca (peserta didik) melibatkan pengetahuan yang dimiliki dengan informasi
yang ada dalam bacaan agar bacaan dapat dipahami. Pembaca men gaitkan skemata
yang dimiliki dengan teks bacaan. Dengan demikian , skemata dapat dikatakan
berupa struktur pengetahuan yang telah dimiliki pembaca dan digunakan oleh
pembaca ketika memahami bacaan. Konsep-konsep yang dipelajari pembaca (peserta
didik) melalui kegiatan membaca interpretatif lebih bermakna apabila peserta
didik mendapatkan masukan dan balikan dari orang lain seperti guru dan teman
sekelas daripada dipelajari sendiri oleh peserta didik. Untuk mewujudkan
suasana pembelajaran yang demikian, diasumsi pendekatan cooperative learning lebih
efektif digunakan karena memberi kesempatan kepada peserta didik berinteraksi
den-an peserta didik lainnya untuk memahami kebermaknaan isi pelajaran dan
bekerjasama secara aktif dalam menyelesaikan tugas (Stone, 1990). Di samping
itu, dengan pendekatan cooperative
learning peserta didik
dalam
pembelajaran akan leluasa berinteraksi dengan teman sebaya dalam
menginterpretasi, menganalisis, dan menyimpulkan bacaan dalam kelompok kecil.
Ketiga,
jika kita teliti lebih lanjut, realitas pembelajaran membaca pemahaman di SD
(terutama di SD Negeri Percobaan Padang yang dijadikan objek kajian ini) saat
ini umumnya menggunakan sistem klasikal yang menempatkan kecepatan memahami isi
bacaan berdasarkan kecepatan rata-rata peserta didik. Ada peserta didik yang merasa
bahwa pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan oleh guru terlalu cepat,
yakni bagi peserta didik yang lambat memahami isi bacaan, sementara ada pula
peserta didik yang merasa pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan guru
terlalu lambat, yakni bagi peserta didik yang cepat memhami isi bacaan. Peserta
didik yang lambat memahami isi bacaan merasa bingung begitu juga peserta didik
yang cepat merasa bosan dengan sistem belajar yang mengabaikan keberbedaan
setiap peserta didik. Kedua kelompok peserta didik tersebut, yakni peserta
didik yang cepat dan lambat dalam memahami isi bacaan perlu mendapat perhatian.
Peserta didik yang cepat memahami isi bacaan memerlukan kegiatan yang lebili
mengltargai kecepatan membaca, sedangkan peserta didik yang lambat memerlukan
teman sebaya yang lebih pintar untuk membantu memahami isi bacaan yang
diberikan oleh guru. Dengan demikian, pembelajaran membaca pemahaman di SD
Negeri Percobaan Padang perlu dibenahi.
Pemahaman isi bacaan yang berfokus pada penemuan
pikiran pokok setiap paragraf, tujuan dan alasan pengarang, dan penyimpulan isi
bacaan terabaikan oleh guru di SD (terutama di SD Negeri Percobaan Padang yang
menjadi objek kajian ini). Penemuan pikiran pokok setiap paragraf, tujuan dan
alasan pengarang,dan penyimpulan isi bacaan bagian dari pemahaman membaca
interpretatif. Pemahaman isi bacaan terfokus pada pertanyaan yang tersedia di
buku bacaan yang lebili menekankan pada jawaban yang mengeksplorasi pemahaman
literal, sedangkan pemahaman interpretative
diabaikan.
Berdasarkan ketiga dasar
pemkiran di atas, pembelajaran membaca pemahaman di SD Negeri Percobaan Padang
yang dikemukakan di atas perlu diadakan pembenahan atau penyelesaian masalah.
Penulis dan praktisi bersepakat untuk membenahi atau menyelesaikan pembelajaran
membaca pemahaman di SD Negeri Percobaan Padang dengan mengimplementasikan
pendekatan cooperative learning
agar pembelajaran membaca interpretatif lebih
efektif. Penelitian ini berfokus pada bagaimana mengefektifkan pembelajaran
membaca interpretatif
dengan pendekatan cooperative
learning di SD Negeri
Percobaan Padang?
METODE
Metode yang digunakan adalah metode
penelitian tindakan kelas kolaboratif (Suyanto. 1996/1997). Penelitian ini
melibatkan guru kelas
V dan kepala sekolah SD Negeri Percobaan Padang sebagai praktisi dalam
perencanaan maupun pelaksanaan
tindakan. Maksudnya hubungan antara peneliti dan praktisi bersifat
kemitraan. Peneliti dan praktisi berkolaborasi mendiskusikan rencana dan
pelaksanaan tindakan pembelajaran membaca interpretatif, serta merefleksi
tindakan yang dilakukan. Tujuan utama dari penelitian ini untuk melihat
efektivitas pembelajaran membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative learning di
SD Neaeri Percobaan Padang. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang ditetapkan
berdasarkan fokus penelitian, yaitu bagaimana mengefektifan pembelajaran
membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative learning di SD
Negeri Percobaan Padang. Setiap siklus terdiri atas beberapa kali pertemuan.
Permasalahan
yang belum dapat dipecahkan pada siklus pertama direfleksikan
oleh peneliti bersama dengan praktisi untuk meninjau kembali tindakan yang
telah dilakukan. Peneliti dan praktisi mendiskusikan kelebihan dan kekurangan
tindakan yang dilakukan. Selanjutnya peneliti dan praktisi merencanakan
berbagai
langkah
perbaikan untuk diterapkan pada siklus kedua. Pada siklus kedua dan ketiga
peneliti melakukan hal
yang sama dengan siklus pertama hingga masalah yang dihadapi dapat dipecahkan
secara tuntas.
Data
penelitian ini berupa hasil pengamatan, hasil wawancara, dan kumpulan catatan
setiap siklus, serta hasil kerja kelompok atas tugas membaca yang diberikan
praktisi. Sumber data penelitian ini adalah peristiwa pembelajaran membaca
interpretatif dengan pendekatan cooperative
learning yang berlangsung di kelas V SD Negeri Percoban.
Dari peristiwa pembelajaran tersebut dikumpulkan data proses dan hasil tindakan
pembelajaran membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative learning yang
berlangsung selama tiga
siklus tindakan.
Subjek penelitian ini adalah peserta
didik kelas V SD Negeri Percobaan Padang tahun ajaran
2005/2006
berjumlah 40 orang peserta didik, yang terdiri atas 17 laki-laki dan 23
perempuan. Peserta didik
kelas V SD tindakan dibagi dalam 8 kelompok. Setiap kelompok terdiri
atas 5 peserta didik,
laki-laki, dan perempuan yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda dan
latar belakang sosial ekonomi orang tua peserta didik yang
beragam.
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan model analisis data mengalir yang ditawarkan oleh Miles dan
Huberman (1992) yang diawali dari produksi data, penyajian data, verifikasi,
dan penyimpulan data. Analisis data dilakukan sejak penelitian tindakan
dilakukan melalui refleksi tindakan pembelajaran pada setiap siklus, yakni
siklus satu, dua, dan tiga. Untuk menguji kebabsahan data dilakukan ketekunan
observasi, triangulasi, dan diskusi dengan sejawat.
HASIL
Dari hasil tindakan yang
dilakukan, yakni pembelajaran membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative learning di SD Negeri Percobaan
Padang diperoleh informasi sebagai berikut. Seperti dijelaskan terdahulu bahwa penelitian
dilakukan melalui 3 siklus dengan fokus bagaimana mengefektifkan pembelajaran
membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative
leaning di SD Negeri Percobaan Padang. Pada setiap siklus penelitan
bersubfokus pada bagaimana (1) menentukan pikiran pokok dan penjelas wacana
yang dibaca; (2) mengemukakan tujuan dan alasan pengarang; (3) menyimpulkan isi
bacaan. Pembelajaran dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap prabaca, saat
baca, dan pasca baca.
Pada siklus pertama,
praktisi melakukan tindakan selama 2 kali pertemuan ( 2 x 80 menit ) dengan tema hiburan dan subtema mengikuti
lomba paduan suara. Pembelajaran pada prabaca dilakukan kegiatan (1)
mengelompokkan peserta didik menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5
peserta didik; dan (2) menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu menentukan
pikiran pokok dan penjelas wacana yang dibaca, mengemukakan alasan dan tujuan
pengarang, dan menyimpulkan isi bacaan. Pada saat baca dilakukan kegiatan (1)
membaca dalam hati; (2) mengerjakan tugas-tugas membaca dalam kelompok; dan (3)
melaporkan hasil bacaan di depan kelas. Pada pascabaca dilakukan kegiatan: (1)
merevisi hasil pekerjaan kelompok; dan (2) menanggapi pembelajaran yang telah
dilakukan.
Hasil penelitian siklus
pertama menunjukkan bahwa pembelajaran lebih terpusat pada pembentukan kelompok
dan penjelasan tugas-tugas membaca. Para peserta didik belum terbiasa mendapat
tugas membaca, yaitu menentukan pikiran pokok dan penjelas wacana yang dibaca,
mengemukakan tujuan dan alasan pengarang, dan menyimpulkan isi bacaan. Tugas
menyimpulkan isi bacaan tidak bisa dilaksanakan, karena para peserta didik
belum memahami tugas yang diberikan kepada mereka. Penyelesaian tugas membaca tidak
mencerminkan cooperative leaning, para
peserta didik bekerja secara individual. Pelaporan hasil pekerjaan kelompok
hanya ditanggapi oleh beberapa peserta didik saja, sebagian besar peserta didik
bersikap pasif. Kekurangberhasilan pembelajaran pada siklus pertama ini
diperbaiki sebagai masukan pada perencanaan dan pelaksanaan pada pembelajaran
siklus kedua.
Pada siklus kedua, praktisi melakukan tindakan selama
3 kali pertemuan (3 x 80 menit) dengan tema hiburan
dan subtema mengikuti lomba paduan suara. Pembelajaran pada prabaca, saat baca,
dan pasca baca dilakukan sama seperti pada siklus pertama. Pada siklus ini
lebih banyak menekankan pada pemahaman tugas membaca, yaitu menentukan pikiran
pokok dan penjelas wacana yang dibaca, mengemukakan tujuan dan alasan
pengarang, dan menyimpulkan isi bacaan dengan pemanfaatan cooperative learning.
Hasil penelitian siklus kedua menunjukkan bahwa para
peserta didik memahami bacaan dengan memanfaatkan teman sekelompok. Diskusi
kelompok berjalan cukup baik. Ketua kelompok berupaya memotivasi anggotanya
untuk mengemukakan pendapat masing masing. Bagi peserta didik yang kurang
memahami tugas, ketua meminta teman yang lebih pintar untuk membantu temannya
yang kurang memahami tugas yang diberikan praktisi. Sharing hasil berjalan cukup baik. Setiap kelompok melaporkan tugas
kelompok dan ditanggapi oleh kelompok lainnya. Tugas kelompok yang kurang tepat
dibantu dan dilengkapi oleh kelompok lainnya.
Kekurangberhasilan pada siklus kedua terletak pada
pemahaman tugas mengemukakan tujuan dan alasan pengarang yang terdapat dalam
sebuah paragraf Antara tujuan dan alasan yang dikemukakan oleh kelompok Baling
tumpang tindih. Praktisi berupaya membantu membedakan antara tujuan dan alasan
dengan memberi kata kunci agar atau supaya untuk mengemukakan tujuan dan
kata karena untuk
mengemukakan alasan. Kekurangberhasilan pada siklus
kedua ini menjadi pertimbangan untuk membuat rencana dan pelaksanaan pada
siklus ketiga.
Pada siklus ketiga,
praktisi melakukan tindakan selama 3 kali pertemuan (3 X 80 menit) dengan tema keamanan dan keselamatan dengan subtema ronda
malam. Pembelajaran dan tugas membaca sama seperti pada siklus pertama dan
kedua. Pembelajaran dilaksanakan melalui prabaca, saat baca, dan pasca baca.
Tugas yang diberikan adalah menentukan pikiran pokok dan penjelas wacana yang
dibaca, mengemukakan tujuan dan alasan pengarang, dan menyimpulkan isi bacaan
dengan pemanfaatan cooperative learning.
Hasil
penelitian siklus ketiga menunjukkan bahwa praktisi membangkitkan skemata
peserta didik dengan merekonstruksi pengalaman peserta didik, menyampaikan
tujuan pembelajaran dan tugas membaca pada tahap prabaca. Peserta didik
memahami bacaan dengan memanfaatkan teman sekelompok, sharing hasil
bacaan dalam kelompok dan antarkelompok yang dilakukan pada saat baca. Pada pasca
baca, para peserta didik merevisi dan merespon pembelajaran yang telah
dilakukan. Para peserta didik merasa senang melakukan kegiatan membaca dengan cooperative learning karena
mereka dapat bertukar pikiran dengan teman sekelompok dan dapat melatih
kekompakkan
anggota kelompok.
PEMBAHASAN
Fokus penelitian ini adalah
bagaimana mengefektifan pembelajaran membaca interpretatif dengan pendekatan cooperative leaning di
SD Negeri Percobaan Padang. Untuk mengefektifkan
pembelajaran membaca interpretatif, praktisi membangkitkan skemata peserta
didik, mengelompokkan peserta didik menjadi 8 kelompok, memanfaatkan teman
sekelompok dalam memahami isi bacaan, melakukan sharing hasil bacaan, merevisi tugas, dan merespon
pembelajaran yang telah dilakukan.
Pembangkitkan skemata
peserta didik dilakukan praktisi dengan cara mengaitkan pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki peserta didik dengan terra pembelajaran, seperti
tema keamanan dan keselamatan dan tema hiburan. Praktisi menyampaikan
tujuan pembelajaran dan penjelasan tugas-tugas membaca dimaksudkan agar para
peserta didik memusatkan perhatian mereka pada apa yang harus dipelajari
dan dikerjakan
selama pembelajaran berlangsung. Penjelasan tujuan pembelajaran yang dilakukan
praktisi sesuai dengan
pendapat Vygotsky (dalam Berk dan Adam. 1995 yang menyarankan guru(praktisi) hendaknya
memperkaya komunikasi peserta didik dengan cara menjelaskan tujuan dan kegiatan
pembelajaran di
kelas dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menjelaskan dan
menentukan pendapat mereka. Tugas yang jelas dan spesifik memperjelas peserta
didik dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Johnson dan Johnson (1984) yang
menyatakan bahwa tugas yang jelas dan spesifik sangat penting bagi peserta
didik dan menhindari frustrasi peserta didik dalam belajar.
Pengelompokan peserta didik
kelas V
SD terteliti terdiri atas 8 kelompok. Setiap
kelompok berjumlah 5 peserta didik terdiri atas peserta didik laki-laki dan
perempuan dan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda, seperti PNS,
TNI/POLRl. pedagang, petani dan nelayan. Pengelompokan peserta didik seperti
itu sesuai dengan pendapat Slavin (dalam Ajisuksomo, 1996)
yang menyatakan
bahwa cooperative
learning didefinisikan sebagai strategi pengajaran yang
terstruktur dan dinamis dimana guru membagi peserta didiknya ke dalam kelompok
yang terdiri dari 5 peserta didik, terdiri atas tingkat prestasi, jenis
kelamin, dan etnik berbeda.
Pemanfaatan tutor teman
sebaya dalam pembelajaran membaca interpretatif diperlukan agar peserta didik
yang lebih pintar dapat membantu teman lainnya dalam memahami bacaan yang
diberikan praktisi. Tidak semua anggota kelompok dapat memahami tugas yang
diberikan praktisi melalui tugas membaca yang diberikan praktisi dengan baik.
Anggota kelompok yang mengalami kesulitan memahami tugas dan memahami bacaan
dapat dibantu oleh teman sekelompok yang lebih memahami bacaan dan mengerti
tugas yang diberikan.
Melalui
kegiatan berbagi informasi atau sharing
hasil, para peserta didik dapat berinteraksi baik
dalam kelompok maupun antarkelompok. Setiap kelompok melaporkan hasil pekerjaan
mereka di depan kelas dan para peserta didik atau kelompok lainnya memberi
masukan atau pertanyaan. Praktisi sebagai fasilitator dan motivator memberi
kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik dalam berbagai informasi. Para
peserta didik berani mengemukakan pendapat, bersedia mendengarkan pendapat
orang lain, dan menerima perbedaan pendapat antara kelompok yang satu
dengan kelompok
yang lain. Keterampilan mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat orang
lain, dan menghargai pendapat orang lain perlu dilatih sedini mungkin agar
peserta didik terlatih dengan suasana dan perilaku saling menghargai
dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik
berdasarkan bimbingan praktisi pada pascabaca adalah merevisi lembar
kegiatan kelompok dan
merespon pembelajaran selama pembelajaran membaca interpretatif berlangsung.
Kegiatan merevisi tugas dilakukan oleh kelompok berdasarkan masukan dari guru
dan teman sekelas. Hal itu dilakukan oleh setiap kelompok agar mereka memahami
bahwa tugas yang belum tepat diperbaiki oleh setiap kelompok secara
bersama-sama.
Merespon pembelajaran membaca interpretatif
dilakukan oleh praktisi dan peserta didik pada pasca baca. Praktisi
mengungkapkan rasa senang dan berterima kasih
kepada seluruh anggota kelompok dan kelompok selama pembelajaran berlangsung.
Ungkapan rasa senang dan terima kasih yang tulus dari praktisi
merepresentasikan bentuk penguatan berupa kata-kata dan kalimat yang
diberikan oleh praktisi kepada para peserta didik. Pemberian penguatan dapat
memotivasi peserta didik agar lebih giat mengemukakan pendapat dan bekerja sama
dalam kelompok. Di samping praktisi merespon pembelajaran, peserta didik juga
diberi kesempatan merespon pembelajaran membaca interpretatif dengan cooperative learning yang telah
dilaksanakan. Para peserta didik mengungkapkan kepuasan dan rasa senang mereka
dalam belajar kelompok. Mereka menyatakan bahwa pembelajaran kelompok memberi
kesempatan kepada mereka untuk mengemukakan pendapat dan berbagi informasi
dalam kelompok dan antarkelompok. Hal itu sesuai dengan pendapat Spodek (1994)
yang menyatakan bahwa
belajar bahasa yang baik memungkinkan terjadinya situasi diskusi dan tukar
pendapat selama pembelajaran berlangsung.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat
disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan cooperatif
learning dalam pembelajaran membaca interpretatif di SD
Negeri Percobaan Padang lebih efektif bila dibandingkan
dengan pendekatan pembelajaran lainnya. Untuk mengefektifkan pembelajaran
membaca interpretatif, praktisi membangkitkan skemata peserta didik,
mengelompokkan peserta didik menjadi 8 kelompok, memanfaatkan teman sekelompok
atau rekan sejawat dalam memahami isi bacaan, melakukan sharing hasil bacaan, merevisi tugas, dan merespon pembelajaran
yang telah dilakukan.
Efektivitas pembelajaran membaca interpretatif
dengan pendekatan cooperative learning di
kelas V SD Negeri Percobaan dilakukan melalui kegiatan prabaca, saat baca, dan
pasca baca. Pada prabaca praktisi mengupayakan kesiapan belajar para peserta
didik untuk mengikuti pembelajaran dan mengarahkan para peserta didik melakukan
tugas individu dan kelompok selama pembelajaran membaca interpretatif Pada saat
baca, para peserta didik dalam bimbingan praktisi bekerja dalam kelompok kecil
untuk menemukan pikiran pokok dan penjelas dalam setiap paragraf, menemukan
alasan dan tujuan pengarang, dan menyimpulkan isi bacaan. Pada pasca baca,
praktisi, dan para peserta didik merespons pembelajaran membaca interpretatif
melalui pendekatan cooperative learning dapat
telah dilakukan.
SARAN
Kepada para guru SD terutama yang mengajar pada kelas
tinggi (kelas IV, V, dan VI) disarankan agar dapat memanfaatkan hasil
penelitian tindakan ini untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
pembelajaran membaca pemalhaman termasuk pembelajaran membaca interpretatif
dengan pendekatan cooperative learning di
SD. Guru hendaknya memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk bekerja
sama secara kooperatif dan memanfaatkan teman sekelompok untuk memahami tugas
dan bacaan yang diberikan.
Hasil tindakan dengan memanfaatkan pendekatan cooperative learning ini tidak terbatas
pada pembelajaran membaca interpretatif saja melainkan juga dapat dipergunakan dalam
pembelajaran bahasa
Indonesia maupun pembelajaran lainnya. Pembentukan kelompok tidak terbatas pada
jumlah peserta didik yang sedikit saja, tetapi peserta didik yang berjumlah
besar pun selayaknya mendapat kesempatan untuk belajar secara kelompok. Guru
hendaknya merancang pembelajaran dengan memanfaatkan pendekatan cooperative learning secara profesional.
DAFTAR RUJUKAN
Ajisuksomo,C.R.P.1996.
Self-Regulated Learning in Indonesian
Higher Education. Jakarta: Atmajaya Research Centre.
Berk,
L.E & Winsler,A. 1995. Scaffolding
Children's Learning: Vygotsky Early Childhood Education. United States of
America: National Assosiation for Education of Young Children.
Burns,
P.C. Roe B.D., & Ross, E.P.1996. Teaching
Reading in Today's Elementary School. Boston: Houghton Mifflin Company.
Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar: Garis-garis
Besar Program Pengajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Johnson D.W. & Johnson, R.T.1984. Circle of Learning: Cooperative in the Classroom.
Minneapolis: The Association for Supervision and Curriculum Development.
Miles, M.B. & Huberman,
M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Diterjemahkan
oleh Tjetjep Rohendi.
Jakarta: Ul
Press
Spodek,
B.& Saracho, O.N. 1994. Rightfrorn
The Start: Teaching Children Ages Three to Eight. Boston: Allyn and Bacon.
Stone,
J.M. 1990. Cooperative Learning and
Language Arts. California: Resources for Teachers. San Juan Capistrano.
Sutanto.
1996/1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas: Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas: Pengenalan Penelitian
Tindakan Bagian Kesatu. Jakarta: Depdikbud
Tulisan
ini disadur dari Jurnal Bahasa dan Seni Vol.8,
No.1, Tahun 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar